الأربعاء، 13 مارس 2013

Mengolah Kebaikan dan Keburukan TOTAL Menjadi Sebuah Kebaikan


Hidup itu selalu ada dua pilihan, BAIK dan BURUK. Tetapi kebaikan dan keburukan tersebut ada yang masuk ke dalam hati dan ada yang tidak. Misal; melihat kamar rapih, maka hati akan merasa senang melihatnya. Bukti masuk ke dalam hati adalah “senang”. Misal; terpeleset kulit pisang di depan ikhwan, bukti masuknya ke dalam hati adalah “malu.” Misal; kehilangan uang 500 ribu, bukti masuknya ke dalam hati adalah “ikhlas” dan begitu seterusnya. Semua akan berbuah kepada kebaikan jika masuk ke dalam hati.

Kebaikan atau keburukan (peristiwa) yang masuk ke dalam hati kemudian akan keluar dalam bentuk AKHLAK (respon). Akhlak yang muncul bisa berupa akhlak baik atau akhlak buruk. Apakah yang baik akan menjadi kebaikan, dan apakah yang buruk akan menjadi keburukan, atau sebaliknya. Misal; dipuji itu baik, karena kita telah melakukan kebaikan, tetapi apakah kemudian dia bisa menjadi kebaikan? Yaitu dengan menjadi lebih tawaddu’ dengan “sembunyi-sembunyi dalam melakukan kebaikan supaya tidak terlihat sehingga tidak dipuji atau justru berubah menjadi kesombongan.

Ada 3 komponen yang harus dimiliki agar hati kita bisa memilih dan mengolah kebaikan dan keburukan TOTAL menjadi sebuah kebaikan:
1.  Al Ilmu (akal), merupakan sesuatu yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Cara hati mengolah yang baik dan buruk itu berbeda. Misal; ketika kita dihina orang kemudian sedih, hati akan mencerna, apakah sedih ini baik? Jika tidak, maka dia akan merubah kesedihannya menjadi kesenangan dan keikhlasan. Misal; Ketika melihat dosa apakah masih menjadi sesuatu yang menarik? Melihat akhwat, nonton konser, nonton film korea, apakah masih menjadi hal yang menarik ketika sudah faham bahwa semua itu tidak ada manfaatnya untuk kehidupan akhirat dan hanya akan membuang waktu?
2.  Az Zakiyyu (bersih), bersih dari segala penyakit-penyakit hati. Orang yang dihatinya ada penyakit maka tidak akan bisa menjadikan kebaikan dan keburukan menjadi kebaikan. Bisa jadi hati yang memiliki penyakit menjadikan peristiwa kebaikan menjadi sebuah keburukan. Misal; ada seorang pejabat yang hatinya sombong. Suatu saat dia datang ke sebuah agenda dan panitia tidak ada yang mengenalinya sehingga dia dipersilahkan untuk duduk di belakang bersama orang-orang yang tidak penting, kemudian dia marah dan menggerutu. Tetapi orang yang bersih dari kesombongan maka dia akan tawaddu’, ketikapun dia dipersilahkan duduk dibelakang “it’s OK, it doesn’t matter” bahkan menyalami mereka yang ada disampingnya dengan senyum ramah, ketika ada panitia mengetahui bahwa dia adalah seorang pejabat, kemudian panitia menyilahkannya untuk duduk di depan, dia memilih untuk menolak dan lebih memilih untuk duduk di belakang.
3.   Ikhlas, ikhlas berkenaan dengan hal-hal yang tidak disukai oleh hati tetapi kita ikhlas menerimanya. Sesuatu yang muncul dari keburukan itu jauh lebih bernilai dibandingkan yang keluar dari kebaikan.

Kebaikan itu ada dua macam:
  1. Al Khair Al Intihaa Iyyu, adalah kebaikan yang berhenti. Berhenti yang dimaksud adalah pahala yang didapat hanya sekali saja ketika amal tersebut dilakukan. Misal; shalat malam, maka pahalanya saat itu, ketika kita melakukannya. Misal; shalat jenazah, pahalanya didapat pada saat itu, ketika kita shalat, tetapi tidak menjadi masalah, karena walaupun hanya sekali pahalanya sangat besar. Rasul pernah menyebutkan bahwa pahala melakukan shalat jenazah adalah 1 qirat (satu gunung uhud). Misal; sebelum kelas kita biasa membaca surah-surah pilihan, jika kita membacanya dengan sungguh-sungguh maka kita akan mendapatkan pahala, berbeda dengan yang membacanya sambil tidur-tiduran atau malas-malasan.
  2. Hair Al Jaariyyuadalah kebaikan yang mengalir tiada henti. Misal; orang yang membangun masjid, masjidnya sekali dibangun, tetapi pahalanya akan terus mengalir selama masjid itu ramai difungsikan. Misal; kita mengajari seorang anak surah Al Fatihah, bahkan hingga dia menghafalnya. Maka pahalanya akan terus mengalir selama sang anak terus membacanya. Jika sang anak melanjutkannya dengan mengajarkannya ke anak lain, maka pahala yang akan mengalir akan menjadi lebih banyak. Barangsiapa yang merintis satu kebaikan, kemudian banyak orang yang mengikutinya, baginya pahala apa yang dia lakukan dan pahala orang-orang yang mengikutinya dan pahala itu tidak dikurangi sedikitpun. Termasuk ketika kita mengajak teman pada kebaikan. Jika dia terus melakukan kebaikan yang kita ajarkan atau yang kita contohkan, maka dia akan menjadi pahala yang akan terus mengalir selama kebaikan itu terus dilakukannya. Amal jariyyah itu modalnya hanya di awal... di akhirat nanti akan ada orang yang keheranan dengan pahala yang dimilikinya, dia akan mengatakan, “aku tidak melakukan banyak kebaikan, tetapi kenapa pahalaku banyak sekali?” inilah berkah amal jariyyah.
Semoga tulisan ini menjadi amal jariyyah yang akan mengalirkan pahala tiada henti, aamiin... Dan semoga kalian yang membacanya bisa mengajarkannya kepada yang lain sehingga ketika yang kalian ajarkan bisa memasukkan apa yang kalian ajarkan ke dalam hatinya maka kalian akan mendapatkan pahala dari mereka yang mengikutinya, aamiin

Bumi Allah, Kamis 14 Maret 2013


ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق