TAKDIR dan
HUKUM. Peristiwa di dunia itu ada yang murni hukum, murni takdir, atau gabungan keduanya. Misal; Disakiti itu
takdir. Karena kita tidak menginginkan untuk disakiti. Sedangkan menyakiti
adalah pilihan sehingga dia masuk ranah hukum, pilihan, mau menyakiti atau
tidak. Sedangkan peristiwa gabungan antara takdir dan hukum misalnya adalah; kaya itu takdir, tetapi ada
aspek hukum didalamnya. Apakah kaya itu baik? Tergantung. Apa ranah hukumnya?
Pada sikap orangnya. Apakah kekayaannya dimanfaatkan untuk kebaikan atau
keburukan. Kaya itu takdir, dan memanfaatannya di jalan Allah atau tidak itu
adalah pilihan (hukum).
Takdir
terbagi menjadi dua, TAKDIR BAIK dan TAKDIR BURUK. Begitupula dengan hukum, ada
HUKUM BAIK dan HUKUM BURUK.
Jika ada
orang yang menjalani hidup dengan baik, itu adalah hukum, karena itu adalah pilihannya. Sehingga sangat wajar
orang yang menjalani hidup dengan baik mendapat takdir yang baik. Kaya itu
adalah takdir. Rizki itu adalah takdir. Tetapi banyak juga orang yang kaya tetapi lebih memilih menjalani hidup dengan cara yang buruk.
Mana yang
menjadi fokus kita? HUKUM (semangat belajaaaaaaaar!).
Karena takdir masuk dalam wilayah Allah dan manusia tidak memiliki kuasa dalam ranah ini. Bagaimana caranya agar kita bisa
memasuki wilayah hukum yang baik? Dengan HATI. Karena di hati itulah nanti akan
ditentukan segala sesuatu. Berada di lingkungan teman-teman yang baik itu
adalah pilihan, tetapi kita tetap tidak akan pernah terlepas dari teman-teman yang
tidak baik karena itu adalah takdir. Saya ingin A, tapi di atas saya ada
takdir, sehingga bisa jadi saya akan mendapatkan B karena takdir saya adalah B.
Hati
kita harus menjadi hati yang kuat dan elastis sehingga dia bisa menampung apapun seberat
apapun. Untuk menjadi kuat dan elastis dia harus dibungkus dengan sebuah lapisan. Apa lapisan itu? IKHLAS.
Jangan
menjadi hati yang sempit (tidak lapang) karena dia tidak akan bisa menampung
berbagai macam cobaan. Analoginya; kita memiliki rumah tipe 21. Lalu kita
mendapat hadiah furniture, kulkas, tempat tidur, lemari, perlengkapan dapur, perlengkapan ruang tamu, mobil, dll. Mana cukup? Karena rumah kita
sempit.
Ikhlas
bisa di dapat dengan attadrib (latihan).
Kita bukan hanya sekedar berlatih tetapi juga memahami hukum ikhlas itu sendiri. hukum
menjalani latihan untuk ikhlas itu sama seperti mendaki gunung. Mendaki gunung
itu ringan di awal, tetapi kemudian semakin berat dan semakin berat ketika
mendekati puncak. Ikhlas adalah menjalani
apa yang sudah menjadi ketentuan kita. Misal; kita dihina, itu adalah
takdir, dan kita diberi pilihan untuk membalasnya atau tidak. Ketika kita
ikhlas, maka kita akan bisa menerimanya dan memaafkan orang yang telah menghina
kita.
Contoh; ada
seorang ibu A yang tidak disukai oleh ibu B, ibu B selalu menghina dan
memfitnah ibu A. Lalu apa yang ibu A lakukan. Beliau membuat makanan terbaik
dengan bungkusan terbaik dengan penuh keikhlasan dan mengirimnya kepada ibu B.
Subhanallah. Karena ibu A ikhlas atas perlakuan ibu B. Kenapa ibu A melakukannya?
Karena ibu A ingin membantu ibu B agar dia mengurangi keburukannya, dengan mengurangi
keburukan ibu B maka akan membantu mengurangi siksaan ibu B di alam akhirat. Subhanallah.
Salah satu
cara Allah menghukum manusia adalah dengan membiarkan manusia melakukan
keburukan, kenapa? Karena dengan melakukan keburukan, berarti akan memberatkan
hukuman mereka di akhirat. Astaghfirullah.
Quote: melakukan keburukan adalah
hukuman Allah pada seorang hamba. Karena dengan melakukan keburukan, berarti
akan memberatkan hukuman mereka di akhirat. Tetapi dia bisa menjadi pilihan
(hukum). Yaitu dengan melakukannya atau tidak? Which one do you prefer to do?
Bagaimana
agar kita bisa mencapai ikhlas hingga puncak? Yaitu dengan istiqomah ikhlas
dalam menghadapi berbagai macam cobaan keburukan.
Bumi Allah, 14 Maret 2013
Bumi Allah, 14 Maret 2013
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق