الاثنين، 25 فبراير 2013

Hal-hal yang Menghalangi Seseorang dalam Menuntut Ilmu



Sebagai pelengkap artikel [Ta’lim Al Muta’allim] Adab dalam Menuntut Ilmu, dalam artikel kedua ini akan coba dipaparkan point-point tentang “Hal-hal yang menghalangi seseorang dalam menuntut ilmu” yang di ambil dari buku “Bimbingan Menuntut Ilmu” karya Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad as-Sadhan sebagai pelengkap artikel pengantar sebelumnya.

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama” (Qs. Fathir : 28)

Ketika seorang hamba semakin tahu tentang Allah, maka dia akan semakin berharap dan semakin takut kepadaNya. Ketika seseorang berkumpul dan bertemu dengan teman-teman yang mereka cintai untuk mempelajari ilmu dan mengajarkannya, hakikatnya itu merupakan amalan yang paling agung untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kaum salaf ada yang sampai menempuh perjalan jauh untuk mencari sanad. Bahkan hingga berjalan sebulan lamanya di padang pasir seperti yang pernah dilakukan oleh Abu Zur’ah dan Muhammad bin Nashr. Begitu juga dengan Syu’bah yang berjalan selama sebulan penuh untuk mencari hadist yang belum dia dapatkan sanadnya. Demikian juga dengan Jabir bin Abdillah. Nikmatnya ilmu yang telah Allah tancapkan dalam hati mereka telah membuat mereka melupakan susahnya perjalanan yang telah ditempuh.

Nabi pernah bersabda : “Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memberikan padanya jalan menuju syurga. Sesungguhnya malaikat benar-benar mengepakkan sayapnya untuk penuntut ilmu karena ridha dengan apa yang dia kerjakan dan seorang ulama itu benar-benar akan dimintakan ampun oleh apa saja yang berada di langit dan di bumi, hingga ikan-ikan hiu yang berada di dasar air pun ikut memohonkan ampun untuknya. Keutamaan ulama dibandingkan dengan keutamaan ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan purnama dibandingkan dengan keutamaan seluruh bintang. Ulama adalah para pewaris Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham, tapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, niscaya dia telah mengambilnya dengan bagian yang banyak” (HR Imam Ahmad)

“Seandainya dalam mencari ilmu itu tidak ada keutamaannya kecuali hanya dekat kepada Allah, berada di alam malaikat dan berteman dengan makhluk-makhluk yang tinggi derajatnya, niscaya cukuplah hal itu sebagai kemuliaan dan keutamaan bagi orang yang menuntut ilmu. Bagaimana tidak, sedang kebahagiaan dunia dan akhirat hanya terdapat dalam ilmu dan tidak dapat di raih kecuali dengannya” (Ibnu Al-Qayyim)

10 Penghalang Dalam Menuntut Ilmu :

1.  Niat yang salah

Niat merupakan dasar dan rukun dari sebuah amal. Apabila niat itu rusak, maka rusak pulalah amal yang dikerjakannya. Sebagaimana sabda Nabi, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang itu akan mendapatkan dari amalnya sesuai dengan apa yang dia niatkan” (Muttafaq Alaih). “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (Qs. Al – Ankabut : 69)

2.  Ingin terkenal dan ingin tampil

“Sesungguhnya manusia yang pertama kali di adili pada Hari Kiamat adalah tiga orang... hingga sabda beliau... dan orang yang mempelajari ilmu, mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an. Ia dihadapkan kepada Allah, Allah memberitahukan kepadanya nikmat-nikmatnya dan iapun mengetahuinya. Allah bertanya kepadanya, “Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut?” Ia menjawab, “Saya mempelajari ilmu, mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an” Allah berkata, “Kamu bohong, sesungguhnya kamu mempelajari ilmu agar kamu dikatakan sebagai seorang ulama, kamu mempelajari Al-Qur’an agar kamu disebut sebagai pembaca Al-Qur’an, itu semua telah dikatakan untukmu” Kemudian Allah memerintahkan (untuk mengadzabnya), maka iapun ditarik wajahnya lalu dilemparkan ke dalam neraka...” Syahwat merupakan musibah kecuali bagi orang yang hatinya selalu ingat kepada Allah

3.  Lalai menghadiri majlis ilmu

Ilmu itu didatangi bukan mendatangi. Jika kebaikan yang didapat di dalam majlis ilmu hanya berupa ketenangan bagi mereka yang menghadirinya, cukuplah semua itu sebagai dorongan untuk menghadirinya. Orang yang menghadiri majlis ilmu mendapat dua keberuntungan, yaitu mendapatkan ilmu dan kebahagiaan akhirat.

4.  Beralasan dengan banyak kesibukan

Ini merupakan alasan syetan sebagai penghalang dalam menuntut ilmu.

Siapa saja yang belum pernah mencoba
Maka tidak akan tahu nilainya
Maka cobalah, niscaya kamu akan mendapatkannya
Bukti yang telah kami katakan
(Mandzumah ash-Shan’ani fi al-Hajj, hal 83)

5.  Menyia-nyiakan belajar di waktu kecil

Pahamilah ilmu agama sebelum tua (Umar bin Khaththab). Belajar hadist di waktu kecil itu seperti mengukir di atas batu. Abu Abdillah Imam Al Bukhari menasehatkan, “Tuntunlah ilmu walaupun setelah kalian tua, karena para sahabat Nabi belajar pada saat mereka sudah tua” Seluruh umur adalah kesempatan untuk mencari ilmu karena mencari ilmu adalah ibadah sebelum disibukkan oleh orang lain dan berbagai macam tanggung jawab baru lainnya, manfaatkanlah waktu muda untuk mencari ilmu, “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (Qs. Al Hijr : 99)

6.  Enggan mencari ilmu

Di antara alasannya adalah mengikuti informasi terkini. Syariat adalah timbangan semua permasalahan. Saksi atas akar masalah dan pokoknya. Jika engkau tidak menanam, kemudian melihat orang yang mengetam, niscaya engkau akan menyesal karena tidak menabur benih. Di antara permasalahan yang disayangkan adalah anda melihat pemuda muslim marah apabila larangan Allah dilanggar dan menangis apabila keharaman Allah dilecehkan. Tetapi ia menyepelekan perbuatan maksiyat lainnya seperti ghibah dan namimah, dia tidak mengetahui hukum syar’i yang sederhana. Syaikh Ibnu Taimiyah adalah contoh yang patut untuk ditiru, beliau memahami kondisi yang terjadi disekitarnya, di zamannya ketika itu terjadi berbagai fitnah, musibah dan masalah tetapi beliau tetap menuntut ilmu karena beliau menyadari bahwa segala permasalahan akan bisa diselesaikan dengan berpegang teguh pada ilmu ushuludin.

7.  Menilai baik diri sendiri

Merasa bangga apabila dipuji dan merasa senang ketika mendengar orang lain memujinya. Tetapi berhati-hatilah terhadap pujian yang tidak terdapat pada diri anda “Dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan” [Qs Ali Imran : 188]. “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” [Qs. An Najm : 32]. “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya dan mereka tidak di aniaya sedikitpun” [Qs. An Nisa : 49]

8.  Tidak mengamalkan ilmu

Tidak mengamalkan ilmu termasuk salah satu penyebab hilangnya keberkahan ilmu. Orang yang memilikinya akan dimintai pertanggungjawaban atas ilmunya. Seorang sahabat, Ibnu Mas’ud berkata “Dahulu salah seorang dari kami jika telah mempelajari sepuluh ayat, ia tidak akan berpindah dari ayat-ayat tersebut kecuali setelah mengetahui maknanya dan mengamalkannya” Ali bin Abi Thalib pernah berkata “Ilmu itu dipanggil dengan cara mengamalkannya, bila dipanggil dia akan menjawab, tetapi jika tidak dipanggil maka dia akan pergi” mengamalkan ilmu dapat menguatkan tersimpannya ilmu, dan zakat ilmu adalah dengan mengamalkan dan mengajarkannya. Sesungguhnya kewajiban muslim dan muslimah itu ada 4; 1) ilmu; 2) mengamalkannya; 3) mendakwahkannya dan; 4) bersabar ketika menghadapi gangguan dalam mendakwahkannya.

9.  Putus asa dan rendah diri

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur” [Qs. An Nahl : 78]. Putus asa dan tidak percaya diri adalah penyebab tidak diperolehnya ilmu. Janganlah merasa rendah diri jika anda lemah hafalan, lemah pemahaman, lambat dalam membaca atau cepat lupa. Semua penyakit ini akan hilang jika anda meluruskan niat dan mencurahkan usaha. Maka kita akan memperolehnya, dengan kesungguhan yang terus menerus. Obat lupa adalah dengan senantiasa membaca kitab ! dan meninggalkan maksiyat adalah sebab utama dalam membantu kuatnya hafalan.

10.  Terbiasa menunda-nunda

Menunda adalah tentara syetan. Sesungguhnya berangan-angan adalah senjata iblis untuk menggoda manusia. Jangan harap bisa mengerjakan pekerjaan hari ini di hari esok, bisa jadi hari esok tiba dan engkau telah tiada....

Bumi Allah, Selasa 26 Februari 2013

هناك تعليقان (2):